Analisis Perbedaan Status Hara Makro Tanah Ultisol Berdasarkan Kelas Lereng di Kebun Sawit Rakyat Desa Simpang Kasturi Kecamatan Mandor Kabupaten Landak

Linus, Linus (2025) Analisis Perbedaan Status Hara Makro Tanah Ultisol Berdasarkan Kelas Lereng di Kebun Sawit Rakyat Desa Simpang Kasturi Kecamatan Mandor Kabupaten Landak. Skripsi thesis, Universitas Tanjungpura.

[img] Text (Cover-Bab I)
Cover-Bab1_C1051201056.pdf - Published Version

Download (184kB)
[img] Text (C1051201056_LINUS)
C1051201056_LINUS.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only

Download (6MB)

Abstract

Ultisol merupakan tanah yang mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, dicirikan oleh penampang tanah yang dalam, peningkatan fraksi lempung seiring dengan kedalaman tanah (horizon argilik) atau adanya horizon kandik, reaksi tanah masam (pH 3,10–5,00), dan kejenuhan basa rendah (< 35%) (Soil Survey Staff, 2014). Ultisol merupakan satu diantara ordo tanah dengan sebaran yang luas dengan sebaran 25% dari luas daratan Indonesia atau ± 45 juta hektar (Pakpahan, 2023). Kelapa sawit merupakan diantara satu komoditas perkebunan unggulan di Indonesia yang memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional. Kalimantan Barat, khususnya Kabupaten Landak, telah mengalami perkembangan pesat dalam sektor perkebunan kelapa sawit, termasuk perkebunan rakyat. Pengembangan perkebunan kelapa sawit di wilayah ini menghadapi tantangan, terutama terkait dengan kondisi tanah yang didominasi oleh jenis Ultisol. Tanah Ultisol dikenal memiliki tingkat kesuburan yang rendah, pH masam, kandungan bahan organik rendah, serta ketersediaan unsur hara yang terbatas. Kondisi ini dapat mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit jika tidak dikelola dengan baik. Satu diantara faktor yang mempengaruhi status hara tanah adalah topografi lahan, khususnya kemiringan lereng. Posisi lereng dapat mempengaruhi proses erosi, pencucian hara, dan akumulasi bahan organik yang pada akhirnya berdampak pada ketersediaan unsur hara dalam tanah. Perbedaan posisi lereng, seperti lereng atas, tengah, dan bawah, dapat menghasilkan variasi dalam status hara makro tanah yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan status unsur hara makro N, P, K berdasarkan kelas lereng di areal perkebunan sawit rakyat di Desa Simpang Kasturi, Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak. Memberikan saran kebutuhan unsur hara untuk tanaman kelapa sawit di Desa Simpang Kasturi, Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak. Penelitian dilaksanakan di Desa Simpang Kasturi Kecamatan Mandor Kabupaten Landak dan dilanjutkan dengan melakukan analisis tanah di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah serta Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah Falkutas Pertanian Universitas Tanjungpura. Penelitian ini dilaksanakan di dua kelerengan yang berbeda yaitu pada kelas lereng landai/berombak (3-8%) dan pada kelas lereng agak miring (8-15%). Penelitian ini menggunakan metode survei untuk vii menentukan lokasi titik pengamatan berdasarkan yaitu peta administrasi, peta jenis tanah, peta satuan lahan, peta penggunaan lahan, peta kelas lereng, dan peta titik pengamatan sehingga diperoleh lokasi penelitian. Berdasarkan hasil tersebut penentuan pengambilan sampel tanah komposit dilakukan dengan metode diagonal dan metode acak berdasarkan azas keterwakilan. Terdapat 3 ulangan pada setiap kelas lereng dengan masing-masing kelas lereng terdapat 15 titik pengambilan sampel tanah komposit, jadi terdapat 30 titik pengambilan sampel tanah komposit pada 2 kelas lereng yang dikompositkan menjadi 6 sampel tanah komposit dan sampel tanah di ambil pada kedalaman 0-30 cm permukaan tanah sebanyak 2 kg kemudian diberi label. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan kriteria dari Analisis Kimia Tanah (2023) yaitu memiliki Status hara makro tanah (N, P, dan K) berdasarkan kelas lereng agak miring (8-15%) dan kelas lereng landai (3-8%) berbeda. Nitrogen total (N-total) kelas lereng agak miring (8-15%) rendah dan kelas lereng landai (3-8%) sedang, Fosfor total (P-total) pada kelas lereng agak miring (8-15%) dan kelas lereng landai (3-8%) sangat rendah dan P-tersedia pada kelas lereng agak miring (8-15%) dan kelas lereng landai (3-8%) sangat tinggi, Kalium total (K-total) pada kelas lereng agak miring (8-15%) dan kelas lereng landai (3-8%) sangat rendah dan K-tersedia pada kelas lereng agak miring (8-15%) dan kelas lereng landai (3-8%) sangat rendah, Kejenuhan Basa dan KTK tergolong sangat rendah pada kedua kelas lereng, yang menunjukkan tingkat kesuburan tanah yang rendah. Perbedaan kelas lereng berpengaruh terhadap status hara makro tanah Ultisol, terutama pada kandungan N-total, P-tersedia, dan bobot isi tanah di lokasi penelitian, hal ini menunjukkan bahwa kelas lereng menjadi faktor penting dalam menentukan distribusi unsur hara dalam tanah. Rekomendasi pemupukan perlu disesuaikan dengan kelas lereng untuk memperbaiki status kesuburan tanah. Kelas lereng agak miring dianjurkan menggunakan 208,77 kg/ha Urea, 235,5 kg/ha SP-36, dan 321,3 kg/ha KCl sedangkan pada kelas lereng landai dianjurkan 199,83 kg/ha Urea, 444,83 kg/ha SP-36, dan 691,9 kg/ha KCl.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Creators:
CreatorsNomor Induk Mahasiswa (NIM)Email
Linus, LinusNIMC1051201056UNSPECIFIED
Subjects: 600 – Teknologi (Ilmu Terapan) > 630 Pertanian > 631 Teknik khusus, peralatan, dan material
Divisions: Fakultas Pertanian > Ilmu Tanah S1
Depositing User: Sri Yulihartini
Date Deposited: 11 Dec 2025 03:13
Last Modified: 11 Dec 2025 03:13
URI: http://36.95.239.66/id/eprint/4358

Actions (login required)

View Item View Item